Click here for Myspace Layouts

David Archuleta - Elevator Mp3
Musicaddict.com

Minggu, 26 Juni 2011

Inspirasi untuk terus belajar

Sembilan puluh sembilan persen kegagalan datang dari orang yang punya kebiasaan suka membuat
alasan, begitu kata George Washington Carver. Daripada mencari jalan keluar, mereka memilih untuk
membuat 1001 dalih mengenai kegagalan mereka. Alhasil, kesempatan belajar pun terlewatkan begitu
saja.
Dalam buku The Magic of Thinking Big, David J. Schwartz menjelaskan mengenai penyakit pikiran yang
mematikan alias penyakit dalih (excuisitis). Orang-orang gagal senantiasa berdalih mengenai
kegagalan mereka. Penyakit dalih tersebut biasanya muncul 4 bentuk, yaitu: dalih kesehatan, dalih
inteligensi, dalih usia dan dalih nasib.

Dalih kesehatan biasanya ditandai dengan ucapan, "Kondisi fisik saya tidak sempurna", "Saya tidak
enak badan", "Jantung saya lemah", dan sejenisnya. Orang sukses tidak pernah menganggap cacatnya
itu sebagai hambatan. Saya punya sahabat dekat yang menderita polio namun dikenal sebagai dokter
spesialis ginjal sukses dan murah hati.
Sejumlah besar tokoh-tokoh dunia bahkan punya cacat fisik. Presiden Amerika ke-32 Franklin Delano
Roosevelt menderita polio, Shakespeare lumpuh, Beethoven tuli, Napoleon Nonaparte memiliki postur
tubuh yang sangat pendek.
Dalih inteligensi diitandai dengan ucapan, "Saya kan tidak pintar", "Saya kan bukan rangking teratas",
"Dia lebih pandai", dan sejenisnya. Inilah dalih yang paling umum ditemukan. Tanpa bermaksud
mengecilkan arti sekolah, saya ingin mengatakan kepa Anda bahwa tidak perlu jadi profesor agar
Anda bisa sukses. Selanjutnya, dalih usia yang ditandai dengan ucapan, "Saya terlalu tua", "Saya
masih terlalu muda", "Biarkan yang lebih tua yang duluan", dan sejenisnya. Padahal tidak ada batasan
usia dalam meraih sukses. Kolonel Sanders memulai usahanya di usia 65 tahun. Berikutnya adalah
dalih nasib, misalnya dengan mengatakan , "Aduh, nasib saya memang selalu jelek", "Itu sudah
nasibku", "Itu memang takdir" Memang amat mudah untuk selalu menyalahkan nasib. Padahal nasib
kita ditentukan oleh kita sendiri. Tuhan telah memberikan hidup dengan sejumlah pilihan.
Lihatlah betapa banyaknya orang yang memilih berdiam diri daripada melakukan apa yang bisa
mereka perbuat. Padahal apapun yang layak diraih layak diupayakan dengan seluruh kemampuan
yang kita miliki. Sayangnya, potensi diri ini kerap hanya terkubur karena kebiasan kita membuat dalih
jika apa yang kita kerjakan tidak berjalan sesuai harapan kita atau hasilnya tidak segera kelihatan.
Gaya hidup modern yang serba instant secara tidak langsung membuat kita sering mengharapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar